logo caroline red
menu

Rifat Sungkar 'Buka-Bukaan' Soal Mobil Hybrid di Indonesia

author-image
Caroline.id | 13 Feb 2020
Share
share-mobil
Detail Article

Mobil bertenaga hybrid menjadi jembatan menuju era mobil listrik. Di mana Indonesia menargetkan jumlah mobil listrik dapat mencapai 400.000 unit pada 2025, kemudian meningkat menjadi 5,7 juta unit pada 2035.

Pabrikan otomotif dunia pun saat ini telah memproduksi dan menjual sejumlah mobil bertenaga hibrida mereka untuk pasar domestik. Hal tersebut lantaran Indonesia masih menjual bahan bakar minyak dan stasiun pengisian baterai sendiri masih terbatas hingga saat ini.

Guna memuluskan langkah ke era elektrifikasi otomotif, sejumlah negara di dunia memiliki komitmen besar, salah satunya dengan memberikan subsidi khusus kendaraan yang rendah emisi.

Namun sayang, di Indonesia regulasi untuk mobil hybrid terbilang masih sangat memprihatinkan. Banderol yang ditawarkan untuk mobil yang menggabungkan mesin konvensional dan tenaga listrik itu cenderung lebih mahal, ketimbang mobil bermesin internal combustion engine (ICE).

Mitsubishi Outlander PHEV salah satu mobil Hybrid di Indonesia

Tingginya harga yang ditawarkan untuk mobil hybrid sendiri lantaran mobil tersebut dilengkapi dengan dua penggerak yakni mesin ICE dan motor listrik. Alhasil harga mobil itu dihitung dari dua sumber penggeraknya yakni motor listrik dan mesin konvensional.

Fenomena ini pun mengundang beragam tanggapan dari para pecinta otomotif Tanah Air, salah satunya adalah Rifat Sungkar. Pembalap rally yang juga Brand Ambassador Mitsubishi Indonesia itu pun angkat bicara terkait regulasi kendaraan ramah lingkungan di Indonesia.

"Bagi saya, mobil hybrid adalah solusi paling nyata untuk negara-negara yang punya komitmen besar menggunakan mobil listrik, namun fasilitas pengisian ulang baterai belum memadai. Tapi yang jadi masalah adalah harganya yang masih sangat tinggi, belum lagi regulasi yang tidak mendukung keberadaannya. Padahal mobil ini sudah menggunakan prinsip kerja mobil listrik seutuhnya," ujar Rifat ketika berbincang dengan CAROLINE di Lombok, Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu.

Menurut Rifat, teknologi mobil hybrid menjadi yang cukup masuk akal untuk Indonesia. Alangkah baiknya ini didorong penjualannya, agar penggunaan mobil-mobil berteknologi terbaru tersebut mulai berjalan.

Mitsubishi Outlander PHEV

"Kalau menggunakan mobil listrik mungkin masih berkutat di seputar Jakarta saja. Namun ketika digunakan ke luar kota, baru akan terasa bahwa mobil ini belum layak digunakan untuk bepergian jauh, lantaran fasilitas pengisian ulang baterai masih sangat terbatas di luar Jakarta," ujar Rifat.

Ia pun menegaskan, "Untuk mobil hybrid, mobil ini bisa digunakan di mana pun, meski bekerja menggunakan mode berkendara mobil listrik. Lantaran mobil ini punya mesin bensin yang juga berfungsi sebagai suplai tenaga ke baterai meski dalam kondisi berjalan".

Nah.. yang menjadi kendala besarnya adalah harga jual yang bisa diterima oleh masyarakat, yang sepatutnya ditekan lebih jauh lagi. Bukan malah menganggap mobil ini punya dua mesin dan harganya justru mahal. Belum lagi karena alasan mobil itu memiliki sistem penggerak empat roda, yang membuat banderol yang ditawarkan jadi tinggi.

AUTHOR
author-image